Rabu, 25 Juli 2012

Belajar Lebih Ikhlas

Pernahkah anda merasa berat hati mengeluarkan uang receh buat pengamen yang menyanyi di depan rumah? Saya pernah. Terasa mengganggu, kok jam 8 pagi sudah ada pengamen yang muncul di depan pintu, menyanyikan lagu dengan suara sumbang. Anehnya pengamen ini seperti langganan, setiap minggu pasti dia datang lagi.
Pernahkah anda merasa berat hati ketika memarkirkan motor atau mobil di depan warung kaki lima atau toko yang ramai, setelah selesai bertransaksi di warung/toko itu anda menghidupkan motor anda kembali, tiba-tiba ada orang yang datang meminta uang parkir. Aneh, ketika motor diparkirkan tidak ada orang yang mengatur, tetapi ketika mau pergi ada saja orang yang datang lalu ikut sibuk membantu mengeluarkan motor anda dan itu berarti sebuah tanda bahwa anda harus memberi uang parkir kepada petugas parkir liar tersebut.
Pernahkah anda mengalami ketika membawa mobil dan berbelok di jalan yang ramai ada “polisi Pak Ogah” yang mengatur kendaraan yang berbelok. Ujung-ujungnya Pak Ogah itu meminta uang atas jasanya membantu anda melewati belokan. Berat hatikah anda memberi uang jasa kepada Pak Ogah tersebut?
Di Masjid Salman ITB, setiap hari Jumat banyak pengemis dan anak-anak yang berkeliaran di sekitar jalan kecil menuju masjid. Mereka menadahkan tangannya meminta uang kepada pejalan kaki yang hendak menunaikan shalat Jumat. Sangat jarang pejalan kaki yang memberikan uang receh kepada para pengemis itu.
Banyak lagi contoh-contoh yang membuat kita berat hati dalam memberi. Jika perasaan itu yang anda alami, itu berarti anda masih belum ikhlas. Tidak ikhlas artinya masih berat hati. Terpaksa dalam memberi tetap saja tidak ikhlas namanya.
Ikhlas artinya melakukan sesuatu dengan tulus, kalau bahasa Inggrisnya “nothing to loose”. Tak ada keinginan untuk mengharap kembali. Tidak ada beban dalam melakukan sesuatu, semuanya ringan saja. Kalau anda sudah merasa ringan seperti itu, berarti anda sudah bisa dikatakan ikhlas.
Ikhlas tidak hanya dalam hal memberi, tetapi juga dalam hal menerima. Menerima banyak cobaan, musibah, kegetiran, dan ujian dalam hidup membutuhkan banyak kesabaran. Dari kesabaran itu muncullah rasa iklhas.
Rupanya, ikhlas itu tidak ada ilmunya. Tidak pernah saya mendengar “ilmu ikhlas”. Belajar sampai ke negeri kelahiran para nabi sekalipun, anda tidak akan bertemu yang namanya ilmu ikhlas. Ikhlas itu adalah rahasia Allah, hanya Dia yang mengetahui hakikat ikhlas.
Ikhlas sudah tersedia di dalam hati setiap manusia, tetapi perasaan ikhlas itu sering tertutup oleh nafsu, kebencian, iri, sombong, dan takabur. Meskipun ikhlas itu tidak ada ilmunya, namun ia bisa dipelajari dengan banyak latihan bersabar. Perlu banyak latihan kesabaran agar kita lebih ikhlas dalam hidup ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar