Jantung kota Seoul mendadak semrawut Kamis malam, 4 Oktober 2012. Alun-alun Seoul Plaza yang biasanya lengang, dibanjiri puluhan ribu orang. Di jalanan, suara peluit polisi lalu lintas melengking tak henti. Tua, muda, lelaki dan perempuan berbaur. Tujuan mereka satu. Ingin larut dalam tarian yang lagi panas: Gangnam Style, oleh penyanyi Psy.
Maka, ketika Psy naik ke atas panggung dan musik Gangnam Style meletup-letup, massa pun berjingkrak. Sontak mereka bergerak bareng, dengan gaya menunggang kuda, dan kaki-kaki yang dihentak-hentak. Serempak mereka bergerak, dan keriangan merambat di wajah semua peserta.
Psy takjub. Dia seperti tak percaya. Ada lautan manusia, nyaris tumpah seperti perhelatan Piala Dunia di kota itu pada 2002, saat puluhan ribu massa berkumpul di depan Balai Kota Seoul mendukung tim Korsel melawan Jerman.
Di konser gratis yang digelar Psy ini, puluhan ribu masyarakat juga menonton dari berbagai penjuru dunia. Selama dua jam, sekitar 84 ribu orang menyaksikan konser lewat livestreaming YouTube. Bagi Psy, selain menepati janjinya karena Gangnam Style sukses menembus tangga lagu Amerika Serikat (AS), konser ini adalah kesempatan emas memperlihatkan Korea kepada dunia.
“Saya di sini bukan karena saya pantas mendapatkannya. Saya di sini karena kalian semua. Saya hanya pria gendut dengan dua anak," ujarnya kepada kerumunan penonton yang riuh rendah menyambutnya.
Psy memang fenomenal. Hanya kurang dari tiga bulan, video Gangnam Style miliknya telah ditonton lebih dari 350 juta kali di YouTube. Ia juga sukses menorehkan sejarah sebagai video paling banyak disuka (like) di situs media sosial itu. Mengalahkan penyanyi top, seperti Justin Bieber dan Adele.
Perlahan tapi pasti, lagu Gangnam Style mulai menguasai tangga lagu dunia. Di Inggris, lagu ini melesat ke peringkat satu tangga lagu pop. Psy menjadi satu-satunya penyanyi Korea Selatan yang pernah memuncaki tangga lagu di Negeri Ratu Elizabeth itu.
Dunia pun seperti demam tarian itu. Industri musik AS yang dikenal sulit ditembus itu, mislanya, harus rela “bertekuk lutut” terhadap Gangnam Style. Lagu dari album ke-6 milik Psy itu sukses menembus peringkat dua Billboard Hot 100. Bahkan dalam situsnya, Billboard tak segan menulis judul PSY Photos: 'Gangnam Style' Invades America, Gangnam Style menyerbu Amerika.
Di tangga lagu digital, Gangnam Style lebih perkasa. Lagu yang menyoroti kehidupan warga kelas atas Gangnam ini berhasil bertengger di tangga lagu iTunes di 31 negara. Hampir seluruh media mengulas kesuksesan Gangnam Style, tak terkecuali CNN dan The Wallstreet Journal.
Lalu, tiap hari kian banyak orang kerasukan Gangnam Style ini di sekujur bumi. Setiap hari, dengan mudah kita bisa menemukan flashmob dan parodi video klip Gangnam Style di internet. Mulai dari masyarakat sipil, tahanan di Filipina, peserta kontes kecantikan Korea Selatan, hingga tentara, semua ikut memperagakan tari ala menunggang kuda.
Di Indonesia, demam Gangnam Style menjalar dari Jakarta hingga ke daerah. Di Ibukota, sekelompok anak muda menamakan dirinya Happy Holiday Indonesia punya aksi nekat. Mereka rela terjun ke kolam air mancur Bundaran HI. Lima anak muda itu, Edho, Zach, Arap, Vic, dan Insu, menggelar flashmob ilegal yang diikuti sekitar 1.000 orang dengan menggunakan lagu Gangnam Style.
“Mengapa Gangnam Style? Karena kami menyukai tari dan lagu-lagu Psy,” ujar mereka dalam akun YouTube.
Berbeda dengan Happy Holiday Indonesia, sekelompok anak muda di Sragen, Jawa Tengah, membuat video klip parodi Gangnam Style kental dengan nuansa Indonesia. Dalam video bertajuk Jowo Style - Gangnam Style Parody yang diunggah di Youtube 27 September 2012, sekelompok anak muda ini mengubah lirik Gangnam Style dari Bahasa Korea Selatan ke dalam Bahasa Jawa.
Mereka juga mengenakan busana serta aksesori ciri khas Indonesia, baju batik dan blangkon. Lokasi syutingnya di sekitar Malioboro. Awan Gunawan, pengunggah Jowo Style - Gangnam Style Parody mengaku membuat video itu guna menyalurkan hasrat bermusiknya. Pemilihan Gangnam Style sendiri, ujarnya, karena lagu itu tengah populer.
“Sebelumnya saya juga bikin parodi Flo Rida. Untuk Gangnam Style pembuatannya singkat, hanya sehari. Kenapa pakai batik? Karena kami asli Jawa. Paling enggak bisa mengangkat batik sebagai budaya kita,” ujar pria yang baru lulus dari salah satu universitas swasta di Yogyakarta ini.
Mulanya, Awan bersama empat temannya mengubah lirik Gangnam Style ke Bahasa Inggris, menjadi Swimming Style agar bisa dipahami pengguna YouTube dari negara lain. Namun, hal itu urung dilakukan. Akhirnya, Awan justru mengaransemen ulang lagu Gangnam Style dalam Bahasa Jawa.
“Dalam lirik Bahasa Jawanya kalau kita ingin belajar Bahasa Korea nggak apa-apa. Cuma kalau hanya untuk bergaya bisa jadi menyusahkan. Awal-awalnya mengingatkan. Kita berasal dari Jawa punya tata krama dan taat beragama,” ucapnya.
Ada lagi faedah “Gangnam Style”. Entah karena lagi populer, Gangnam Style juga menjadi semacam “simbol” perdamaian di tengah aksi tawuran pelajar yang kembali marak belakangan ini. Di Tangerang, dan Bogor misalnya, ada kelompok pelajar menyuarakan anti-tawuran dan anti-kekerasan dengan menari Gangnam Style.
Sindiran bagi si “sok gaya”
Dalam beberapa wawancara dengan banyak media, Psy menyatakan lagu Gangnam Style sesungguhnya kisah tentang gaya hidup di Distrik Gangnam, Korea Selatan. Ini daerah hunian kelas menengah atas. Dengan harga properti selangit, tak mengherankan jika Gangnam juga kerap disebut-sebut sebagai Beverly Hills-nya Korea Selatan.
Gangnam Style, ujar Psy, merujuk pada gaya hidup mewah pria dan wanita di Gangnam. Mereka bak bangsawan di siang hari, dan menjadi “liar” alias gemar berpesta di malam hari. Dalam wawancara lainnya, Psy juga mengatakan, Gangnam Style adalah sindiran bagi mereka yang kerap “sok gaya” mengaku-ngaku berasal dari Gangnam.
“Orang-orang asli Gangnam tak pernah menyatakan mereka dari sana,” ujar Psy kepada CNN. Menurut dia, sebenarnya lagu ini mengolok-olok orang yang berusaha keras menjadi sesuatu yang bukan mereka.
Selain lirik nyeleneh, kekuatan dari video Gangnam Style adalah gerakan menunggang kuda yang diperagakan Psy di berbagai lokasi. Mulai dari Britney Spears hingga Chairman dan mantan CEO Google, Eric Schmidt, tak sungkan mempelajari tarian unik itu langsung dari sang penyanyi, Psy.
Meski demikian, khusus untuk koreografinya ini, Psy tak terlalu banyak bercerita. Dalam setiap wawancara, ia hanya menjelaskan gayanya dalam Gangnam Style adalah, ”Berpakaian berkelas, dan berdansa dengan gaya murahan.”
Psy patut berterimakasih pada media sosial. Popularitasnya saat ini didongkrak oleh jasa media sosial. Seperti penyanyi lain yang memperkenalkan musik mereka lewat YouTube, demikian juga Psy . Pada 15 Juli 2012, pria 34 tahun ini mengunggah video klip bertajuk Gangnam Style di media sosial. Hanya dalam hitungan pekan, video itu dilihat puluhan juta kali.
Video Gangnam Style pun kian meroket. Sejumlah selebritas dunia memberi komentar lewat Twitter. Sebut saja T-Pain, Robbie Williams, Josh Groban, Tom Cruise, Britney Spears, hingga Katy Perry.
Pengamat musik Bens Leo pun sepakat keberhasilan Psy tak lepas dari kontribusi media sosial, seperti YouTube dan Twitter. Namun, Gangnam Style sendiri, ujarnya, memang punya kelebihan yang tak ditemui pada tarian pop lainnya, seperti “macarena” yang pernah naik daun beberapa tahun lalu.
"Musiknya lebih dinamis. Beda dengan macarena atau poco-poco. Ada unsur mondernitas di musik dan vokal, pakai rap yang menjadi tren anak muda sekarang. Terlebih dinaikkan ke YouTube,” ujar Bens Leo.
Ganja, konglomerat
Lahir di Gangnam District, Seoul, 31 Desember 1977, Psy berasal dari keluarga konglomerat. Sang ayah, Park Won-ho, adalah pimpinan dan pemilik saham kendali di Korsel D I Corp, perusahaan semikonduktor yang baru-baru ini nilai sahamnya melonjak dua kali lipat berkat kepopuleran Gangnam Style.
Kabar miring pun sempat menimpa Psy di awal kariernya. Ia dituding menggunakan uang dan koneksi media untuk memuluskan jalannya di industri musik Korea Selatan. Namun, rumor itu dibantah Psy dalam acara Healing Camp yang disiarkan stasiun televisi SBS.
“Keluarga kami agak berbeda. Kami punya sistem berdasarkan performa di keluarga. Ayah hanya akan memberikan saya uang, jika saya berhasil mencapai sesuatu,” kata pria yang memiliki anak kembar perempuan ini.
Didikan keras orangtuanya juga terlihat saat Psy ditahan polisi karena kedapatan mengonsumsi ganja. Jika orangtua lainnya berusaha mengeluarkan anak mereka dari sel penjara dengan cara apapun, tidak demikian dengan orangtua Psy.
“Ayah saya yang dibesarkan di Korea Utara datang, dan menjabat tangan saya sambil berkata dengan tenang, ‘Mengapa kamu tidak berhenti mengisap rokok saat ini’” ujar Psy yang mengaku menyesal tidak bisa mendampingi sang kakek di akhir hayatnya karena harus mendekam di tahanan.
Nama asli Psy adalah Park Jae-sang. Dan hidupnya memang sarat kontroversi. Setelah kasus ganja, dia kembali membuat ulah saat wajib militer (wamil). Ia dianggap tidak serius, saat menjalani wamil di tahun 2003-2005. Akibatnya, ia kembali harus menjalani wamil pada 2007-2009. Tak hanya itu, saat menempuh pendidikan di Boston University, ia juga kerap bolos, dan menghabiskan uang kuliahnya untuk berpesta.
Namun, pada satu titik, Psy tersadar. Ia tak ingin hidupnya terus-menerus seperti itu. “Pada saat itu hip-hop tengah naik daun, dan saya melihat orang-orang ini membawakan rap bukan menyanyi. Mereka masih disebut sebagai musisi, dan bahkan dapat Grammy. Tiba-tiba hal itu menyadarkan saya. Ini dia, inilah jalan saya. Musik.”
Uang kuliah yang dikirim orangtuanya pun akhirnya ia gunakan membeli alat-alat musik. Sejak saat itu, ia mulai berlatih serta mulai membuat musik sendiri, dan lalu mendaftar ke Berklee College of Music.
Tapi, Psy toh masih tetap suka membangkang, karena menurutnya, sifat itulah yang membentuk kepribadiannya sekarang. “Saya bisa saja kembali ke sarang emas orangtua saya, dan terjamin. Namun, saya ingin hidup berbeda dari ayah saya,” ujar suami Yoo Hye Yeon ini.
Setelah berbagai lika-liku, kini sukses ada di depan mata Psy. Didukung Scooter Braun, talent-manager yang sukses mengorbitkan Justin Bieber, Psy siap bersaing dengan musisi dunia lainnya. Dalam waktu dekat dia akan tampil di acara The X Factor Australia dan Jimmy Kimmel Live!
Meski tarian dan musiknya membuat “demam” publik Amerika Serikat, tatkala tampil di sana, Psy bergumam ke pemujanya: “Saya melakukan ini selama 12 tahun di Korea. Tapi, bagaimana pun, di sini saya adalah pemula”. (np)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar